SMA Kristen 1 Metro (kartini/paskah). Jum’at 22 April 2022
Bacaan kita hari terambil dari kitab Ibrani 12:15. Untuk mempermudah kita memahami ayat tersebut kita akan membacanya dalam tiga jenis terjemahan.
Terjemahan Baru (TB) | Bahasa Indonesia sehari hari (BIS) | Terjemahan Sederhana Indonesia (TSI) |
Ibrani 12:15 Jagalah supaya jangan ada seorang pun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh akar yang pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan banyak orang. | Ibrani 12:15 Jagalah jangan sampai ada seorang pun yang keluar dari lingkungan kebaikan hati Allah, supaya jangan ada yang menjadi seperti tumbuhan beracun di tengah-tengah kalian sehingga menimbulkan kesukaran dan merusak banyak orang dengan racunnya. | Ibrani 12:15 Berjaga-jagalah supaya jangan seorang pun di antara kalian yang berhenti berpegang kepada kebaikan hati Allah. Karena kalau ada orang yang seperti itu, dia akan menjadi seperti tanaman beracun yang bisa meracuni orang-orang di antara kita, sehingga banyak orang tertular dengan kenajisannya. |
Ayat yang baru saja kita baca memiliki dua hal penting yang tiap orang Kristen harus tahu. Pertama itu terkait perintah agar waspada untuk jangan berhenti memegang kasih karunia Tuhan Allah.
- Berjaga-jaga, awasilah diri sendiri supaya jangan berhenti berpegang pada kebaikan hati Tuhan. Kenaapa? Karena efeknya sangat merusak. Hidup orang itu akan menjadi racun bagi lingkungan, bagi komunitas di mana ia berada. Ia jadi biang kerok atau tukang rusuh. Bukannya menjadi solusi, tapi menambah kerunyaman dan pertikaian.
Lawan kata/kalimat “jangan berhenti” adalah “teruslah berpegang pada kebaikan atau kasih karunai Allah. Ingat pada apa yang Allah sudah pernah lakukan di atas kayu salib (peristiwa Jumat Agung), pengorbanan Kristus. Pernyertaan dan berkat Allah setiap hari, bahka sampai saat ini. Dan juga, Allah berjanji akan perlindungan dan pemeliharaan Allah atas hidup kita. Allah sudah, masih dan terus akan berbuat baik pada kita.
Orang yang memiliki kasih karunia di dalam hidupnya akan digerakkan oleh kasih karunia itu. Ia akan mampu mengasihi dan berbuat baik pada orang lain. Ia akan mudah tersentuh pada kemiskinan, penderitaan orang lain. Bukan malah tertawa dan senang pada nasib sial orang lain. Orang yang berpegang pada kasih karunia Allah akan mampu mengasihi dengan tulus. Kasih menjadi mesin penggerak untuk menebarkan kebaikan. Aksi paskah beberapa waktu lalu adalah bukti nyatanya. Tindakan itu digerakkan oleh hidup yang berpegang pada kasih Allah. - Karena akibatnya: menjadi racun yang meracuni komunitasnya, membuat kerusuhan di tengah komunitas dan banyak orang tertular oleh kenajisannya (mencemarkan banyak orang). Orang yang tak menganggap kasih karunia Allah adalah mereka yang merasa tidak ada kebaikan pada diri Allah. Apa yang dia capai itu karena diri sendiri, bukan karena kebaikan Allah. Kalau ada kesulitan dan kesukaran ia akan menyalahkan keadaan, terlebih Tuhan. Tuhan ngak peduli denganku, Ia membenciku, dll.
Orang yang tak punya kasih karunia Allah, akan sulit memberikan kasih pada sesama. Ia akan mudah menghakimi orang lain. Mudah untuk menjelekkan nama orang lain, mudah membenci, iri hati dst. Sehigga karena hal itu, ia mengobral segala bentuk fitnah tentang orang lain, dan mengadu domba teman-temanya. Yang ada hanya kerusuhan dan rasa benci satu sama lain.
Orang jenis ini adalah orang sakit yang butuh healing, penyembuhan. Orang yang sakit hati sama Tuhan dan sesama, dan tidak mau sembuh, tidak mampu mengampuni dan mengasihi orang lain. Tidak tergerak hatinya pada penderitaan orang lain, bahkan tertawa pada kejatuhan orang lain
Ayat sebelumnya yaitu ayat 12 dan 13 berkata tentang bagaimana menguatkan meraka yang lemah, goyah dan pincang kakinya untuk bisa sembuh. Bukan malah memperparahnya. Orang yang memiliki kasih Allah akan mau dan mampu melakukannya. Yaitu mendatangkan kebaikan bagi sesamanya.
Kemudian, ayat 14 anjuran tentang hidup berdamai dengan semua orang, dan mengejar hal yang dikehendaki Allah, yaitu kekudusan. Hidup kudus itu adalah hidup yang diberikan secara khusus untuk Allah. Untuk melakukan apa yang Ia kehendaki, bukan hawa nafsu pribadi. Salah satunya adalah hidup damai dengan semua orang. Sulit? Jelas, tapi kita pasti mampu jika kita mau. Bukan malah menjadi biang kerok kerusuhan, kekacauan, penyebar hoax atau fitnah tentang orang lain.
Ingat, perintahnya Allah jelas, yaitu “teruslah berpegang pada kasih karunia Allah, jangan berhenti”. Jadilah orang-orang yang mendatangkan kebaikan, kedamaian dimanapun kita berada. Bukan sebaliknya. Bukan menjadi tukang rusuh, penyebar kebencian, iri hati, permusuhan dan seterusnya.
Yuks kita terus berpengang pada kasih karunia Allah. Dia telah mengasihi kita, masih mengasihi kita dan akan terus mengasihi kita. Kita hanya perlu lebih peka pada tindakan kasih Allah, yang kadang sulit kita pahami. Kalaupun hidupmu sedang sulit, sering gagal, dan penuh penderitaan, ingat selalu bahwa Dia tetap pegang kendali, ‘Ia’ tetap mengasihimu dan selalu mengasihimu. Dia bisa saja ijinkan hal “buruk” dan yang kamu tidak sukai. Tapi tujuan jelas dan pasti baik. Mempersiapkanmu supaya lebih kuat, lebih peka pada penderitaan, dan lebih bisa bergantung pada Allah.
Pernah dengar tentang “perumpamaan anak yang hilang”? Yg meninggalkan itu si anak, bukan Bapa. Bapa itu ingin si anak bungsu tetap bersamanya. Tapi ia memilih pergi untuk ego dan hawa nafsunya. Yang akhirnya menyesal karena telah meninggalkan BapaNya. Tapi ketika ia bertobat, Bapanya menerimanya dengan tangan terbuka. Seperti kita dan Bapa, bukan Bapa yang ninggalin kita, tapi kita yang ninggali atau menjauh dari Bapa.
Mari terus hidup dalam kasih karunia Allah untuk bisa lebih menjadi berkat bagi sesama maupun banyak orang. Jangan lupakan atau tinggalkan kasihNya yang besar.